3.4 Resistansi Internal
Ketika
baterai dihubung singkat, arus yang disuplay baterai dibatasi oleh resistansi
internalnya. Resistansi internal bertambah seiring dengan dengan pengosongan
baterai. Reistansi internal adalah resistansi ada di dalam baterai. Resistansi
ini dapat dimodelkan dengan sebuah resistor yang di seri dengan baterai ideal.
Besarnya resistansi internal ini tergantung pada material penyusun dan
teknologi pembuatan baterai. Baterai carbon-zinc dan alkaline memiliki
resistansi internal yang cukup besar. Baterai Lead-acid dan NiMH memiliki
resistansi internal yang rendah. Disamping itu nilai real resistansi internal
ditentukan oleh usia baterai, kapasitas, pengisian dan temperatur.
Gambar 3.4 Model baterai
Baterai ideal memiliki
resistansi internal 0 ohm. Baterai ini mampu mempertahankan tegangan
keluarannya (Vo = Vb) sama dengan tegangan nominal baterai pada arus keluaran
berapapun. Baterai sebenarnya (real) memiliki resistansi internal tidak nol
(Ri). Pada
resistansi ini akan terjadi drop tegangan sebesar i.Ri . Dimana i adalah arus
keluaran baterai. Semakin besar arus, maka drop tegangan akan semakin besar,
sehingga tegangan keluaran akan semakin menurun (Vo = Vb – i.Ri). Semakin besar
resistansi internal, maka daya keluaran baterai juga semakin kecil.
3.5 Laju Pengisian Ulang
Pengisian ulang baterai rechargeable umumnya berjalan cukup
lambat, sekitar 12-24 jam. Pengisian baterai ini umumnya dilakukan dengan arus
yang lebih kecil dari 10% amp-hour ratingnya. Contohnya baterai 5 AH umumnya
diisi ulang dengan arus lebih kecil dari 500 mA. Pengisian ulang dengan arus
yang lebih besar akan merusak baterai.
Baterai NiCd sangat sensitif terhadap arus
pengisian ulang. Baterai ini hanya dapat menangani arus lebih kecil dari 50 –
100 mA. Arus yang lebih besar dari ini dan pengisian ulang terlalu cepat akan
merusak baterai secara permanen.
Baterai Lead Acid dan gell cell mampu
mentoleransi quick charging. Quick
charging dilakukan dengan arus pengisian 25 – 50 % amp-hour rating. Akan tetapi
quick charging hanya boleh dilakukan
sesekali. Jika terlalu sering, maka pelat elektroda akan rusak dan menggangu
kerja elektrolit.
Perioda
pengisian ulang (recharge period) adalah
waktu yang diperlukan baterai untuk diisi ulang sangat berbeda-beda untuk tiap
jenis baterai tergantung jenis cell-nya. Interval pengisian ulang
direkomendasikan 2 sampai 10 kali laju pengosongan (discharge rate).
Gambar 3.5 Kurfa charge/discharge baterai rechargeable. Perhatikan bahwa pengisi
ulangan berjalan lebih lama dari pemakaian
Hal
yang sangat kritis dalam pengisian ulang adalah polaritas. Pemasangan polaritas
yang salah akan merusak baterai. Selalu perhatikan petunjuk yang tertera dalam charger anda.
Baterai rechargable sebaiknya tidak
disimpan dalam keadaan kosong dalam jangka waktu yang lama. Pastikan anda
selalu mengisi ulang 2-4 bulan sekali jika baterai tidak digunakan. Pada
baterai NiMH sebaiknya pengisian ulang ini dilakukan lebih sering.
Baterai nickel metal
hybride, rechargeable alkaline dan rechargeable lithium-ion memerlukan
perangkat reharger yang khusus. Hindari penggunaan recharger yang tidak tepat
untuk baterai yang anda gunakan karena akan menyebabkan kerusakan baterai atau
perangkat charger itu sendiri.
3.6 Laju Pengosongan, Shelf Life dan Temperature Dependence
Laju pengosongan (Discharge Rate) adalah laju (dalam
satuan arus) baterai dikosongkan. Maksimum laju pengosongan ditentukan oleh
resistansi internal baterai.
Baterai akan kehilangan muatannya meskipun tak ada beban luar yang
terhubung dengan baterai tersebut. Shelf
life mengukur seberapa cepat hal tersebut terjadi.
Sifat-sifat
dan performa baterai khususnya kapasitas yang tersedia dan shelf life dipengaruhi oleh temperatur.
( Sumber: Terjemahan dari
berbagai sumber)
Biografi Penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar